.

Tuesday, May 25, 2010

Rasulullah & Cinta


Assalaamu'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuh..   Menurut Leo F. Buscaglia, begitu namanya. Seorang professor pendidikan di University of Southren California, di Amerika. Ia seorang yang  banyak kegiatan sosial dan ceramah-ceramah tentang pendidikan. Satu tema yang terus menerus dibawanya dalam banyak ceramah, adalah tentang cinta.  "Manusia tidak jatuh 'ke dalam' cinta, dan tidak juga keluar 'dari  cinta'.Tapi manusia tumbuh dan besar dalam, cinta," begitu katanya dalam sebuah ceramah.  Cinta, di banyak waktu dan peristiwa orang selalu berbeza  mengartikannya.  Tak ada yang salah, tapi tak ada juga yang benar sempurna penafsirannya.  Karena cinta selalu berkembang, ia seperti udara yang mengisi ruang kosong.  Cinta juga seperti air yang mengalir ke dataran yang lebih rendah.  Tapi ada satu yang bisa kita sepakati bersama tentang cinta. Bahwa  cinta,akan membawa sesuatu menjadi lebih baik, membawa kita untuk berbuat lebih sempurna.Mengajarkan pada kita betapa, besar kekuatan yang dihasilkannya. Cinta membuat dunia yang penat dan bising ini terasa indah, paling tidak mampu kita nikmati dengan cinta.   Cinta mengajarkan pada kita, bagaimana caranya harus berlaku jujur dan  berkorban, berjuang dan menerima, memberi dan mempertahankan. Tajmahal  yang indah di India, di setiap jengkal marmar bangunannya terpahat nama kekasih buah hati sang raja juga terbangun karena cinta.Boleh jadi, semua kisah besar dunia, berawal dari cinta.   Cinta adalah kaki-kaki yang melangkah membangun samudera kebaikan.  Cinta adalah tangan-tangan yang meragut hamparan permadani kasih sayang. Cinta adalah hati  yang selalu berharap dan mewujudkan dunia dan kehidupan yang lebih baik.   Dan Islam tidak saja mengagungkan cinta tapi memberikan contoh  konkrit dalam kehidupan. melalui kehidupan manusia mulia, Rasulullah tercinta.   Ada sebuah kisah tentang gambaran kecil cinta yang dicontohkan Allah melalui kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, meski langit telah mulai menguning,burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap.. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbatas memberikan petua, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur'an. Barangsiapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku,akan bersama-sama masuk surga bersama aku."   Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang  teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca,Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam.   Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan  meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat kala itu. Manusia  tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda  itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan pantas menangkap Rasulullah yang lemah saat turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau mampu.   Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di  dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang  berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.   Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan  salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak  mengizinkannya masuk,  "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan  dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata  sudah membukakan mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"   "Tak tahulah  ayah, seperti ia baru sekali ini aku melihatnya,"  tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan  pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak  di kenang."Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut," kata Rasulullah,  Fatimah   pun menahan ledakkan tangisnya.  Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa  Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.   "Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?" Tanya Rasululllah  dengan suara yang amat lemah."Pintu-pintu langit telah terbuka, para  malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu,"  kata  Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi."Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"   "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah  berfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.   Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan  ruh  Rasulullah ditarik Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh,urat-urat  lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."  Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam   dan Jibril membuang muka.   "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya  Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.   "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata  Jibril.  Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengeluh, karana sakit yang tak  tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat rasa maut ini, timpakan saja  semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku."   Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak  lagi.Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera  mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat  aimanuku,peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu."   Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling  berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali  mendekatkan telingan ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.   Ummatii, ummatii, ummatiii" Dan, pupuslah kembang hidup manusia mulia  itu. Kini, mampukah kita mencinta sepertinya??

S.E.D.A.R.L.A.H


Sedarlah....
kita tidak dilahirkan kerana kebetulan
kita memang dilahirkan atau diutuskan oleh Allah dengan situasi yang penuh tribulasi masakini
kitalah orangnya..
kitalah rijalnya..
Jika tidak merancang untuk menuntut ILMU..
sebenarnya kita merancang untuk menjadi JAHIL..
Kalau kita tidak merancang untuk ke SYURGA..
kita menempah NERAKA..
Kalau kita tak merancang untuk meningkatkan KEIMANAN..
sebenarnya kita merancang untuk meningkatkan KEKUFURAN..
Jadi..
SEDAR lah..

Monday, May 17, 2010

Antara CINTA dan CITA-CITA...



Aku Bukanlah manusia yang mampu hidup tanpa CINTA..

Dan bagiku CINTA bahkan lebih dari sekadar hidupku..
Tapi,kini, diriku mencuba untuk jauh dari CINTA..
Hanya untuk satu alasan : CITA-CITA.
Yang aku fikir..apabila telah aku raih CITA-CITA, mungkin akan kudapatkan CINTA apa pun yang aku mahu..
Ya, sepertinya alasan itu lebih berharga dari sebuah CINTA untuk saat ini, yang hanya mementingkan hati dan hasrat semata..
Aku bukan orang munafik, aku akui, aku terseksa dengan keadaan seperti ini..
Aku terseksa dengan kesendirianku, tanpa CINTA, dan tanpa kekasih..
Tapi aku juga menikmati keadaan ini, aku bebas melakukan apa yang aku mahu, tanpa takut harus ada yang terluka, kecewa, cemburu, dan yang sewaktu dengannya..
Semua telah aku fikirkan, CINTA soal mudah dan CITA-CITA adalah hal tersulit untuk saat ini..
Aku tidak mungkin dapat mengejar sekaligus keDUAnya.. biarlah Kukorbankan CINTA hanya demi sebuah CITA - CITA.
Terserah kalian mahu menganggap aku ini sebagai insan yang bagaimana..Tapi, ya.. inilah diriku..